19 Desember 2008

Tamu Langit???


Bumi sejak zaman dahulu sering didatangi tamu dari luar angkasa. Baik yang hanya melintas, atau mendarat di permukaan Bumi. Bahkan tamu-tamu itulah yang diduga memicu munculnya kehidupan serta menciptakan ekosistem yang mampu menopang kehidupan hingga kini. Yang kita bicarakan disini bukan makhluk luar angkasa yang turun dari piring terbang atau UFO, melainkan benda langit yang bernama asteroid, meteorit arau komet. Benda-benda langit itulah yang diyakini menciptakan ekosistem di Bumi.

Ribuan meteorit menghujani bumi setiap tahunnya. Hanya saja karena ukurannya amat kecil, meteorit ini sudah hancur terbakar ketika memasuki atmosfir. Sebagian diantaranya mungkin masih tersisa dan jatuh ke Bumi berupa bola berapi. Berita terakhir yang membuat masyarakat panik adalah laporan dari perhimpunan astronomi internasional- IAU, yang mengatakan ada kemungkinan pada tahun 2028, sebuah asteroid besar akan menabrak Bumi.

Laporan IAU tsb, segera menimbulkan kepanikan penduduk di berbagai negara. Sehari kemudian para pakar dari laboratorium propulsi jet -JPL di California membantah laporan tsb. Berdasarkan analisis foto astronomi diperoleh data, bahwa asteroid besar yang diberinama XF 11 itu hanya akan melintasi Bumi pada jarak sekitar 960.000 kilometer. Sebagai perbandingan, jarak antara Bumi dengan Bulan adalah sekitar 380.000 kilometer. Tetapi para ahli astronomi menyebutkan, ancaman terkena jatuhan benda langit semacam itu amat sulit diramalkan. 1. Diakui, selama ini pengamatan dan data mengenai ancaman jatuhnya asteroid, meteorit dan komet ke Bumi, amatlah terbatas.Pada tahun 1995 AS memprakarsai program pengamatan asteroid dekat Bumi-NEAT. Sampai saat ini, program tsb sudah berhasil melacak dan mendata lebih dari 6.000 asteroid baru, 15 diantarnya digolongkan amat dekat dengan Bumi dan 4 diantaranya dikategorikan amat berbahaya.

Apa bahayanya jika sebuah asteroid atau meteorit jatuh ke Bumi ?. Film Deep Impact mungkin mampu menggambarkan betapa dahsyatnya bencana yang ditimbulkan. Atau kejadian nyata pada tanggal 30 Juni tahun 1908, ketika sebuah meteorit berdiameter hanya 60 meter, meledak di ketinggian 15 kilometer di atas hutan di kawasan Tunguska Siberia. Dalam radius 60 kilometer rumah-rumah seolah diguncang gempa hebat. Dan pada radius sekitar 20 kilometer dari pusat ledakan, hutan terbakar dan porak peranda. Atau terciptanya kawah meteorit berdiameter satu kilometer di Arizona AS, yang merupakan dampak dari jatuhnya sebuah meteorit besi berdiameter 100 meter pada 20.000 tahun lalu.

Sejauh ini para ahli juga memperkirakan, musnahnya dinosaurus 65 juta tahun lalu, adalah akibat jatuhnya sebuah asteroid berdiameter 10 kilometer ke semenanjung Yucatan di Mexiko. Dahulu dampaknya tidak mengancam manusia. Karena ketika dinosaurus musnah, manusia samasekali belum ada di Bumi. Sementara 20.000 tahun lalu Arizona adalah kawasan kosong yang tidak dihuni manusia.

Bila perhitungan para ahli meleset, dan asteroid XF 11 yang berdiameter 1,6 kilometer benar-benar jatuh ke Bumi maka bencana besar dalam sekejap akan memusnahkan ratusan juta manusia. Energi ledakan yang dilepaskannya diperhitungkan setara dengan 20 juta kali energi bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima. Impak tabrakan akan menyebabkan letusan gunung api, memicu tsunami serta membuat Bumi gelap gulita. Dalam waktu sekejap, umat manusia akan merasa kembali ke zaman batu.

Masalahnya kini adalah, bagaimana meramalkan akan jatuhnya benda langit itu ke Bumi. Mengapa tiba-tiba benda langit itu menyimpang dari jalurnya. Serta bagaimana mencegah agar bencana besar tidak menimpa umat manusia. Untuk itu berbagai program angkasa luar, kini juga dikaitkan dengan pengamatan benda langit dekat Bumi. Berbagai data mengenai perubahan perilakunya juga dicatat secara teliti. Jutaan foto dibuat untuk analisis data.

Asteroid dekat Bumi, biasanya merupakan asteroid yang terpental dan melenceng dari jalur alamiahnya. Di tata surya, sabuk asteroid terletak antara planet Mars dan Yupiter. Akan tetapi bila ada gaya lain dari alam semesta, misalnya ada komet yang melintas atau terjadi tabrakan asteroid, maka beberapa buah asteroid itu lepas dari jalurnya dan boleh jadi memasuki gaya tarik Bumi. Bila obyeknya cukup besar, benda langit ini dapat bertahan, dan kemungkinan jatuh ke Bumi. Bila obyeknya kecil, biasanya habis terbakar di luar angkasa.

Relatif kecilnya asteroid atau meteorit yang memasuki gaya tarik Bumi, menyebabkan seringkali luput dari pengamatan para ahli. Diameter sekitar satu kilometer bagi benda langit adalah relatif kecil bila dibanding dengan satelit atau planet serta bintang yang ukurannya amat besar. Diakui, para ahli astronomi seringkali hanya berhasil melihat jejaknya, bahwa sebuah meteor atau asteroid baru saja melintasi Bumi. Dengan demikian, bila benda langit ini jatuh ke Bumi, para ahli tidak berdaya mencegahnya, karena memang tidak mampu melacaknya
. Read More..

Awan


Awan ialah gumpalan wap air yang terapung di atmosfera. Ia kelihatan seperti asap berwarna putih atau kelabu di langit.
Udara selalu mengandungi wap air. Apabila wap air ini melwap menjadi titik-titik air, terbentuklah awan. Pelwapan ini boleh berlaku dengan dua cara:

1. Apabila udara panas, lebih banyak wap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, wap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya.
2. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfera adalah lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan wap air.

Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarikan bumi menariknya ke bawah. Hinggalah sampai satu peringkat titik-titik itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.
Awan di Gunung Kinabalu

Namun jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan mengewap dan lenyaplah awan itu. Inilah yang menyebabkan itu awan selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti mengewap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan.

Berat titik-titik air dalam awan boleh mencapai beberapa juta tan, namun biasanya saiz (isipadu) awan adalah amat besar, jadi ketumpatan awan sebenarnya adalah cukup rendah untuk membolehkan angin di bawah dan di dalam awan menyokongnya.

Klasifikasi awan mengikut ketinggian

Awan dibahagikan kepada dua kategori umum: lapisan dan perolakan. Awan-awan ini dinamakan awan stratus (awan berlapis) dan awan kumulus (awan berlonggok). Dua jenis awan ini seterusnya dibahagikan kepada empat kumpulan mengikut ketinggian:

Golongan A: Awan tinggi (6,000 m ke atas)

* Sirus (CI)
* Sirostratus (Cs)
* Sirokumulus (Cc)

Golongan B: Awan pertengahan (2,000 - 5,000 m)

* Altostratus (As)
* Altokumulus (Ac)

Golongan C: Awan rendah (2,000 m ke bawah)

* Stratus (St)
* Nimbostratus (Ns)
* Kumulus humilis (Cu)
* Kumulus mediokris (Cu)
* Stratokumulus (Sc)

Golongan D: Awan menegak

* Kumulonimbus (dikaitkan dengan hujan lebat dan ribut petir) (Cb)
* Pirokumulus
. Read More..

Gunung Kilauea ( hawai )



Di pulau terbesar Hawaii, Kilauea telah meletus sejak 1983, dan mempertunjukan tidak adanya tanda-tanda beristirahat.

Ini adalah sebuah contoh dari jenis kedua gunung berapi, gunung berapi perisai. Kawah di bagian tengahnya disebut kaldera. Kawah itu masih hangat tetapi kelihatannya tidak akan meletus lagi. Jauh keluar, lava yang meresap keluar dan mengalir, menciptakan dataran baru ketika ia mendingin.

Aliran yang lebar yang membuat sebuah gunung berapi perisai berbeda dibanding gunung api kerucut. Penutup yangtidak stabil ini merupakan batu basal murni. Kadang, aliran hanya beberapa inchi saja dari permukaan. Lava tebal seperti madu, ciri khas Hawaii, menjadi dingin membentuk daerah tandus yang memerlukan bertahun-tahun untuk dapat didiami.

Kerucut batu bara adalah jenis ketiga gunung berapi. Paracutin di Meksiko adalah contoh yang menarik. Seperti halnya gunung berapikomposisi, mereka mungkin saja para tamu yang berdaya ledak tinggi di permukaan planet kita. Mereka menyembur dengan banyak debu, bara api dan kepingan-kepingan lava. Mereka menciptakan pegunungan vulkanik secara cepat, tetapi tidak selebar gunung berapi perisai atau setinggi gunung berapi komposisi. Bentuk kerucut batu bara ditentukan oleh ukuran material yang dikeluarkannya.
. Read More..

Mount krakatau


One hundred and twenty-five years ago, the biggest bang the inhabited world has ever known occurred. Indonesia's Krakatoa volcano erupted. It did so with the force of 13,000 Hiroshima atom bombs, propelled a trillion cubic feet of rock, pumice and ash into the air, and made a noise loud enough to be heard 1,930 miles away in Perth. The explosions, fallout and resulting tidal wave (130 feet high in places) killed 36,417 people in Java and Sumatra, destroyed 165 villages and towns, and two-thirds of the island. Wind streams blew the fine ash as far away as New York; sea levels were raised in the English Channel, and over the following year, global temperatures were reduced by 1.2C

ANTARA News reported that Visitors have been banned from hiking on Mt Anak Krakatau (GAK) in the Sunda Strait because the volcano is spewing red-hot and hazardous materials. At present the eruption is in the southern part of Mt Anak Krakatau prompting the Volcanological and Geological Disaster Mitigation Center to declare the volcano and its surroundings in a level-2 alert status. Click here for more information from ANTARA
Read More..