Pada dasarnya manusia akan mengalami enam jenis ketakutan dalam hidupnya. Yang dimaksud rasa takut di sini bukan dalam arti takut akan hantu atau phobia tertentu, melainkan kekhawatiran seputar kebiasaan dan kondisi kita, baik yang diakibatkan oleh diri sendiri maupun oleh lingkungan. Apa saja jenis ketakutan atau kekhawatiran tersebut, dan bagaimana cara menenangkan diri atau menguranginya?
1. Takut kena PHK
Anda termasuk dalam kelompok orang yang akan di-PHK, atau seseorang yang dekat dengan posisi Anda mendadak dipecat.
Yang perlu dilakukan:
Cobalah untuk terus mengamati bagaimana kondisi keuangan perusahaan sehingga Anda dapat berjaga-jaga bila ada kemungkinan PHK, demikian menurut Barbara Gutek, Ph.D., profesor bidang perempuan dan kepemimpinan di Eller
College of Management di University of Arizona, Tucson. Temui atasan Anda untuk mempelajari apa yang dapat Anda lakukan untuk mempertahankan posisi Anda. Diskusikan apakah ada proyek yang seharusnya Anda kerjakan, dan tanggung jawab apa yang bisa Anda kembangkan.
Bagaimana pun juga, selalu lebih baik untuk menatap ke depan, apakah itu berarti mempertimbangkan langkah Anda selanjutnya di perusahaan tersebut, atau merencanakan perubahan karir yang lebih luas, kata Robert Leahy, Ph.D., penulis buku The Worry Cure.
2. Takut tidak punya uang
Meskipun saat ini Anda memiliki pekerjaan yang cukup mapan di perusahaan yang cukup solid, Anda khawatir mendadak tidak mampu membayar tagihan-tagihan akibat sakit berat atau di-PHK. “Kadang-kadang orang mencari uang untuk memenuhi kebutuhan yang hilang akan cinta, kekuatan, atau keyakinan diri,” papar Edward Hallowell, M.D., penulis buku Worry.
Yang harus dilakukan:
Tindakan yang cerdas adalah membuat perencanaan pengeluaran dan mencatat pengeluaran yang telah dilakukan. Buat daftar berapa hutang Anda, dan berapa banyak yang sudah Anda tabung. Hal ini akan membuat Anda merasa terus diperingatkan mengenai kondisi keuangan Anda.
Anda juga perlu berpikir apa yang disimbolkan oleh uang bagi Anda. Apakah uang mewakili rasa aman, kesuksesan, kebanggaan, atau moral? Hindari membandingkan kemampuan finansial Anda dengan orang-orang yang mempunyai lebih banyak uang. Hal ini justru akan memicu kekhawatiran Anda mengenai uang.
3. Takut tidak dapat melindungi anak
Sebagai orangtua, jelas Anda ingin melindungi anak dari hal-hal buruk yang Anda alami waktu kecil. Contohnya, perlakuan dari orangtua yang kurang menyenangkan, sakit, atau masalah di sekolah. Sayangnya Anda sulit menerima kenyataan bahwa Anda tidak dapat mengontrol segala sesuatu sesuai kehendak Anda.
Yang perlu dilakukan:
“Kekhawatiran atau kepedulian mungkin justru merupakan suatu tanda pengasuhan yang baik,” jelas Steven Taylor, Ph.D., penulis buku It’s Not All in Your Head.
Jika kekhawatiran Anda menyangkut masalah kesehatan, coba temui dokter anak yang Anda percayai. Bila anak mempunyai masalah di sekolah, pikirkan apakah ada tindakan yang dapat Anda lakukan untuk membantunya mengatasi situasi tersebut. Apakah anak Anda butuh pendamping belajar? Apakah ia membutuhkan seorang terapis untuk menangani kesulitan mengenai pergaulannya?
Namun pada akhirnya, menurut Robert Leahy, Anda mungkin harus belajar menerima ketidakpastian. “Sangat membantu bila Anda menyadari bahwa anak-anak itu sangat fleksibel. Mereka perlu belajar bagaimana saat terjatuh, dan bagaimana harus bangkit.”
4. Takut kekerasan yang terjadi dimana-mana
Hampir semua suratkabar dan stasiun TV menayangkan berita kekerasan atau kecelakaan setiap hari. Tak jarang peristiwanya terjadi di lingkungan rumah Anda, atau menimpa seseorang yang Anda kenal. Hal ini membuat Anda paranoid, misalnya takut naik pesawat terbang, atau takut naik kendaraan umum.
Yang perlu dilakukan:
Ambil waktu untuk mempertimbangkan peluang (bukan kemungkinan) seorang teroris akan menyerang di kota Anda, atau apa pun yang Anda khawatirkan akan terjadi. Menurut Jerilyn Ross, direktur Ross Center for Anxiety & Related Disorders di Washington, DC., “Jika Anda mampu membedakan antara fakta dan rasa takut, Anda akan mampu mengatasi kenyataan.”
Pikiran kita, lanjut Ross, sering terfokus pada risiko menakutkan yang digembar-gemborkan dalam berita. Karena itu, pelajari bagaimana mengantisipasi bila terjadi musibah. Tulis daftar hal-hal yang akan membuat rumah Anda aman, dan buat rencana mengatasi bencana. Setelah itu Anda akan lega karena sudah berbuat semaksimal mungkin untuk menghindarinya.
5. Takut terkena penyakit akibat gaya hidup kurang sehat
Setelah usia di atas 30 tahun, mendadak obrolan sesama teman tak jauh-jauh dari urusan penyakit, seperti darah tinggi, asam urat naik, diabetes, hingga kanker. Anda menyadari telah menganut pola makan yang kurang sehat, namun merasa tidak yakin apakah belum terlambat untuk mengubahnya.
Yang harus dilakukan:
Melakukan medical check up setiap dua tahun adalah tindakan yang baik. Anda dapat menyampaikan keluhan yang Anda rasakan kepada dokter, misalnya kenapa Anda sering merasa pusing. Kemudian, fokuslah pada hal-hal positif yang dapat Anda lakukan untuk diri Anda, seperti memperbaiki diet atau kebiasaan yang lain.
Setelah melakukan medical check up, dan ternyata hasilnya cukup baik, jangan keburu lega. Hal ini akan membuat Anda lengah dan mengendurkan kebiasaan baik Anda. Justru dari hasil check up tersebut Anda harus mulai menerapkan gaya hidup yang lebih sehat.
6. Takut berpisah dari pasangan
Hubungan Anda dengan pasangan sudah berjalan lama, dan kadang-kadang diselingi dengan pertengkaran. Anda khawatir pasangan merasa bosan dengan Anda, atau mendadak punya selingkuhan. Yang lebih parah jika Anda pernah berada dalam lingkungan keluarga yang terpecah-belah, atau pernah dikhianati oleh pasangan.
Yang harus dilakukan:
Evaluasi hubungan Anda dengan bertanya pada diri Anda sendiri, seberapa sering Anda merasa frustrasi atau kecewa dengan pasangan, dan dalam situasi apa hal ini biasa terjadi. Bila perlu, tuliskan hal ini di kertas. “Dengan mencatat kekhawatiran Anda di atas kertas, Anda akan terbantu mengevaluasinya dengan pikiran yang lebih jernih,” ujar Susan Nolen-Hoeksema, Ph.D., penulis Women Who Think Too Much.
Pertimbangkan seberapa realistis kekhawatiran Anda, dan apakah Anda dapat memproyeksikan ketakutan Anda yang tidak ada hubungannya ke dalam hubungan. Kemudian carilah waktu untuk berbicara dengan pasangan, bersikap jujur, namun tidak berusaha mengkonfrontasi pasangan.
Yang perlu dihindari adalah perubahan sikap Anda terhadap pasangan karena terlalu mencurigainya. Hal inilah yang justru akan menimbulkan konflik.
( sumber : kompas.com )
27 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar